Bejo Sugiantoro hampir sepekan meninggal dunia.Tapi, kenangan bersamanya tak akan bisa hilang dari benak mantan pelatih Persebaya dan Timnas Indonesia, Jacksen Ferreira Tiago.
Sidiq Prasetyo I PINGGIR LAPANGAN
RASA tidak percaya itu menimpa Jacksen Fereira Tiago. Dia harus memastikan dulu dengan beredarnya kabar bahwa Bejo Sugiantoro meninggal pada Selasa (25/2/2025).
“Bukan kaget lagi,saya tidak percaya.Siapa yang bisa percaya hal itu terjadi dengan Bejo?Orang main bola tiap pekan kok,” kata Jacksen kepada PINGGIR LAPANGAN.
Ketika menerima kabar itu, lelaki asal Brasil itu tengah mengemas barang-barang. Sebab, jelasnya, besoknya (26/2/2025), dia harus kembali ke Samarinda, Kalimantan Timur.

Kebetulan sejak beberapa hari, mantan pemain Persebaya itu berada di rumahnya di Kota Surabaya usai mendampingi anak asuhnya di Kompetisi Elite Pro Academy (EPA) Borneo FC di Jakarta.
“Saya datang sudah tengah malam hampir jam 12. Saya benar merasakan kesedihan yang mendalam di keluarga Bejo,” ungkap Jacksen.
Apalagi, diakuinya, keluarganya dengan keluarga Bejo sangat dekat. ”Suatu waktu keluargaku yang akan ditinggal juga. Saya rasakan sakitnya keluarganya Bejo saat itu,” papar lelaki yang bersama Bejo sukses membuat Persebaya menjadi juara Divisi Utama, kompetisi sepak bola tertinggi di Indonesia, 1996/1997 sebagai pemain.
Dia mengingat bahwa setiap hari dengan Bejo adalah sebuah kenangan yang berkesan. Namun, memori yang menancap kuat di memorinya ada sebuah kenangan lucu.
“Saat kami jadi pemain dan kita ujicoba dengan tim-tim anggota Persebaya. Saya biasanya tiap pertandingan cetak gol minimal 4 dan kami selalu menang besar,” tutur Jacksen.
Nah. Usai unggul dengan gol yang banyak, Bejo, jelas Jacksen, mulai dribbling lawan di belakang dan bawa bola sendiri ke depan. Jacksen selalu menegur rekannya itu.
”Saya selalu tegur dia dengan kata porra dengan wajah jengkel. Dia lirik saya dan lepas senyum khas dan cuekin saya,” lanjut ayah dari pemain Persik Kediri Hugo Samir itu.
Setelah pensiun, Jacksen juga menangani Bejo di Persebaya. Kolaborasi keduanya membawa Green Force, julukan Persebaya, kembali menjadi juara di musim.2004.
“Bejo sosok yang sempurna di mata saya,” kata Jacksen.
Ya, Bejo meninggal dunia ketika bermain sepak bola dengan komunitasnya di Lapangan SIER Surabaya Selasa sore. Ketika itu, tiba-tiba ayah pemain Persib Bandung Rahmad Irianto tersebut jatuh.
Bejo sempat mendapat perawatan medis. Dia kemudian dibawa ke rumah sakit.Namun, pukul 17.05, Bejo dinyatakan meninggal dunia.
Di kancah sepak bola Indonesia, Bejo adalah sebuah legenda. Sejak usia 17 tahun, dia sudah menjadi pemain inti di klub besar, Persebaya. Sebuah klub asal kampung halamannya Surabaya.
Bejo sempat mendapat panggilan dan digenbleng di Italia dalam program Baretti. Hanya, dia memilih pulang untuk bisa membela klub tercintanya itu.
Sejak 1995-2003, Bejo menjadi pilihan utama di lini belakang. Bejo sempat pindah dari Persebaya pada 2003 ketika Persebaya degradasi dengan membela PSPS Pekanbaru, Riau.
Dia kemudian balik lagi ke Persebaya hingga 2008. Bejo juga pernah membela Mitra Kukar Kaltim, Deltras Sidoarjo, Persidafon Dafonsoro, dan pensiun di Persida Sidoarjo.
Bejo juga menjadi bagian staff pelatih ketika Persebaya juara Liga 2 dan promosi Liga 1 musim 2017. Kali terakhir Bejo tercatat sebagai pelatih kepala Deltras di Liga 2 musim 2024/2025. (*)