Tinggalkan Sepak Bola karena Terbebani Nama Besar Ayah
Nama ayahnya di kancah sepak bola nasional cukup disegani. Beberapa klub besar pernah dikawal gawangnya oleh kiper bernama Ari Kurniawan itu. Tapi, jejak itu tak membekas di putra sulungnya.
Sidiq Prasetyo – PINGGIR LAPANGAN
BEBERAPA siswa masuk ke ruang Kepala Sekolah SMAN 1 Sidoarjo pada pekan lalu. Mereka menggantikan temannya yang diterima di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Sementara rombongan siswa yang masuk itu mereka yang juga diterima di berbagai perguruan tinggi (PT) favorit. Seperti di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta.
Jalur ditempuh mereka sama. Melalui SNBP atau seleksi nasional berdasarkan prestasi atau raport.
Namun, di antara mereka ada yang cukup menarik perhatian. Bagaimana tidak, seorang siswa yang ayahnya seorang kiper papan atas Indonesia di era akhir 1990-an dan awal 2000-an, Ari Kurniawan Sarwoto.
‘’Iya saya putranya Beliau. Hanya, saya tidak mengikuti jejak Ayah menjadi kiper,’’ ungkap siswa bernama Alfarrel Mahendra Lazzuardi tersebut.
Meski, sebelumnya, di masa kecilnya, siswa yang akrab disapa Farel tersebut pernah menjajagi dunia olahraga yang mengangkat nama ayahnya tersebut. Bahkan, lelaki kelahiran 12 Juni 2008 tersebut berposisi sama.
‘’Saya pernah menjadi kiper. Tapi kebobolannya banyak dalam sebuah pertandingan membuat saya pilih berhenti dari sepak bola,’’ ungkap Farel.
Apalagi, nama besar ayah menjadi beban bagi putra pasangan Ari dan Ineke Dwi Setiawati, yang merupaakan Camat Gedangan, Sidoarjo, tersebut. Dia dibandingkan dengan Ari yang kualitasnya cukup jempolan dalam mengawal gawang setiap tim yang dibela.
‘’Saya akhirnya memilih fokus sekolah. Di SMPN 1 Sidoarjo saya masuk program percepatan sehingga usia 15 tahun 9 bulan sudah masuk perguruan tinggi,’’ lanjut Farel.
Jurusan yang dipilihnya pun tak sembarangan. Farel diterima di Statistika ITS.
‘’Saya memilih statistik karena suka matematika. Saya belajar setiap hari untuk bisa menjadi ranking di kelas dan Alhamdulillah diterima di ITS,’’ ujarnya.
Ari sebagai orang tua mengaku banggaa dengan capaian putra sulungnya itu. Diakuinya, dia tak pernah membebani anak-anaknya mengikuti jejaknya di sepak bola.
Di kancah sepak bola nasional, Ari bisa disebut salah satu kiper papan atas. Tercatat beberapa klub di kompetisi level atas pernah dibelanya. Mulai dari Gelora Dewata Bali hingga bertransformasi menjadi Deltras. Bahkan, saat membela Persekabpas Kabupaten Pasuruan, tim berjuluk Laskar Sakera tersebut lolos hingga babak semifinal Divisi Utama 2006, kompetisi level tertinggi di sepak bola Indonesia. Ari pun pernah terbang ke Papua memperkuat Persiram Raja Ampat.
Setelah pensiun sebagai kiper, Ari menekuni dunia kepelatihan. Tercatat, Ari pernah menangani PS Mojokerto Putra dan Bhayang FC Elite Pro. Di musim 2024/2025, lelaki 48 tahun itu menjadi pelatih di Nganjuk Ladang, tim Liga 4 asal Ngajuk. (*)